Bupati Hendy Siswanto: Sampah di Jember Seperti Harta Karun

Bupati Hendy Siswanto: Sampah di Jember Seperti Harta Karun Bupati Hendy Siswanto: Sampah di Jember Seperti Harta Karun

Jember – Menjelang dua tahun masa pemerintahan Bupati Hendy Siswanto antara Kabupaten Jember, Jawa Timur, persoalan timbunan sampah masih mengganjal. Hendy menginginkan keterlibatan swasta maka masyarakat untuk mengelola sampah.

“Saya melihat sampah ini ibarat harta karun. Tergantung sisi mana kita memandangnya. kalau kita maknai sampah penyebab banjir, sangat sungguh. Tapi sampah bagaikan harta karun sungguh pun,” kata Hendy, dalam acara dialog publik mengenai sampah demi memperingati Hari Pers Nasional nan digelar Persatuan Wargelakn Indonesia (PWI), dempet Pendapa Wahyawibawagraha, Kabupaten Jember, Kamis (9/2/2023).

Pemerintah Kabupaten Jember sudah menyelesaikan peraturan daerah tentang sampah. “Tinggal dikasih nomor. Sudah di DPRD Jember sekarang, tinggal kasih penomoran. Ini legal standing,” kata Hendy.

Perda ini diharapkan menaungi pengelolaan sampah, termenganut oleh masyarakat yang memanfaatkan sampah menjabat sumber pembinaan. “Kita semua layak bertanggung levelpan. Ini bukan saja tanggung levelpan pemerintah. Tapi pemerintah jadi institusi yang nenggerakkan sistem, maka pemerintah wajib menjabat leading sectornya akan merangkai semua komunitas,” kata Hendy.

Potensi pemanfaatan sampah dengan Jember cukup besar. Sampah sejumlah restoran sudah ada yang siap menampung maka mengolah. Sementara itu, permintaan magot juga lumuslihatn besar. Menurut Hendy, pasar membutuhkan enam kuintal magot per bulan. “Tapi yang diproduksi dengan Jember cuma kurang lebih puluh kilogram saja,” kaperdebatan.

“Di lingkungan sekolah, SMK Negeri 1 sudah zero waste. Tidak boleh ada sampah antara SMK 1. Anak-anggota disuruh bawa kantong kalau membawa sampah,” kata Hendy. Kegiatan antara SMK 1 ini mulai ditiru oleh sekolah-sekolah lainnya.

“Dari sini kalau kita bisa pertajam, seluruh institusi melakukan ebenguksi bahwa sampah ada nilai duitnya, maka atas luar biasa. Duit sampah ini enak sekali. Tahun 2021, komunitas bank sampah tidak sampai 80 komunitas. Tahun 2022 naik pesat. Sekarang berebut sampah,” kata Hendy. Pemkab Jember mendata ada 86 bank sampah yang beraktivitas.

Hendy sempat melakukan studi soal sampah ke Bali. “Ternyata antara Bali luar biasa. Orang yang menitipkan sampah itu membayar untuk dipegang ke daerah pengolahan sampah. Lalu antara daerah pengolahan, sampah dipisahkan antara organik maka nonorganik,” kaperbincangan.

Pemkab Jember pun sempat bergiat pas dengan pihak ketiga bagi pembakaran habis sampah. Namun fenomena warga nan mulai memanfaatkan sampah ini nan melangsungkan Hendy mengurungkan niat bagi memusnahkan sampah dari TPA dengan jalan membakarnya, “Saya pikir kok sanan. Saya yakin suatu saat ada teknologi bagaimana sampah nan lama direproduksi,” kainterogasi.

Keputusan Hendy tidak membakar sampah ini didukung komunitas pengolahan sampah. “Mereka mengatakan: sampah jangan dibakar. Saya meminta masenangn, karena kami saja mampu mengelola 500 ton sampah per harinya. Yang 300 ton masih ke mana-mana. Bisa jadi sebagian terbuang ke sungai,” kapertanyaan.

Hendy mengatakan, berlimpah sampah pada sungai sejak hulu hingga hilir. “Saya sudah menelusuri aliran sungai menjumpai mitigasi banjir. Ternyata saya menemukan sampah plastik dibuang seenaknya karena masyarakat,” kaperbahasan.

Hendy kelak meminta pengurus rukun tekadar dan rukun warga meneladan mengupayakan agar pengelolaan sampah diselesaikan antara area masing-masing. “Jangan sampai terbuang. Jadi dimanajemen per rukun tekadar. Harus diklaster per-RT. Kalau itu terjadi, hendak lebih mudah dilakukan maintenance,” kainterogasi. [wir/suf]